Introduksi
Jika anda akan berangkat ke Austria pertama kalinya, baik itu untuk wisata, bekerja maupun melanjutkan studinya, maka kiranya hal-hal berikut ini bisa dijadikan acuan atau gambaran sehingga anda bisa mempersiapkan diri lebih baik dan tidak mengalami kesulitan selama di Austria. Willkommen in Ă–sterreich! (Silakan cek dua video dari PPI Austria di bagian bawah artikel ini).Setelah tiba di bandar udara di Austria, seorang pelajar Indonesia sering menghadapi kesulitan orientasi tempat (di mana letak tempat ini, bagaimana untuk pergi ke sana). Terlebih bila ini pertama kalinya datang ke Austria dan tidak ada penjemput. Namun sebenarnya cukup mudah untuk melakukan orientasi di Austria, bahkan sebenarnya lebih mudah dibandingkan dengan beorientasi di kota yang asing di tanah air sendiri. Hal ini karena di hampir setiap kota, selalu bisa ditemui dua alat bantu orientasi yakni peta dan buku telepon.
Hampir di setiap kota di Austria terdapat kantor informasi, terutama di bandara atau stasion kereta (dengan tanda "i" untuk "Information"). Di situ bisa diperoleh peta gratis, daftar hotel dan informasi lainnya. Sedang peta yang lengkap dengan indeks jalan dan nomor distrik bisa dibeli di toko buku. Yang paling baik adalah peta jenis FALKPLAN yang bisa digunakan baik seperti buku maupun dibuka seperti peta yang besar.
Pada buku telepon bisa dijumpai seluruh alamat dan nomor telepon dari segala tempat yang kiranya akan diperlukan selama tinggal di kota tersebut, mulai dari kantor polisi, kantor pos, toko buku, dokter hingga universitas. Dengan pedoman alamat tersebut, lokasi mudah dicari pada peta yang memiliki indeks.
Melapor diri
Setiap orang yang akan menetap beberapa lama pada suatu tempat di Austria, maka dalam 3 hari kerja dia harus melapor ke kantor pencatatan penduduk (Meldeamt) pada distrik (Bezirk) di mana dia tinggal. Untuk itu dia membutuhkan formulir Meldezettel yang bisa dibeli di warung khusus tempat orang menjual rokok (TABAK), diisi lengkap, disahkan oleh pemilik rumah/asrama dan kemudian bersama paspor dibawa ke Meldeamt. Semua proses ini bisa pula diwakilkan. Oleh Meldeamt, yang bersangkutan akan diberi dua tembusan dari Meldezettel yang telah dicap olehnya. Meldezettel ini harus terus kita simpan. Bila kita pindah ke alamat lain, maka kita harus melapor kembali ke Meldeamt dengan mengisi Meldezettel baru dan dilampiri oleh tembusan Meldezettel lama yang kita simpan tadi. Kalau kita akan meninggalkan Austria untuk seterusnya, maka kita cukup membawa tembusan Meldezettel untuk disahkan bahwa kita akan meninggalkan Austria.
Meldezettel bersama paspor merupakan Kartu Tanda Penduduk (KTP) kita di Austria untuk suatu tempat tertentu. Meldezettel ini akan diperlukan bila kita berurusan dengan birokrasi, seperti mengurus asuransi, bank, melapor ke polisi bila kita ada masalah dan sebagainya.
Pemegang paspor Indonesia yang tinggal di Austria juga diwajibkan untuk melapor diri ke KBRI Wina, di mana paspornya akan dicap oleh KBRI. Lapor diri ini penting bila sewaktu-waktu mahasiswa memerlukan bantuan KBRI dan KBRI juga jadi punya data untuk secara rutin memberi newsletter atau undangan berbagai acara yang bisa diikuti masyarakat Indonesia di KBRI.
Untuk mahasiswa di kota lain, lapor diri ini bisa dilakukan melalui surat. Pengiriman paspor harus dilakukan dengan surat tercatat (Einschreiben).
Perlu diperhatikan, bahwa dalam mengisi formulir-formulir resmi di Austria, dianjurkan menggunakan nama seperti tertulis dalam paspor secara konsisten. Bila nama terdiri dari lebih dari satu kata, pilih salah satu sebagai nama belakang (Name, Zuname atau Familienname) sedang yang lain sebagai nama depan (Vorname). Aturan semacam ini memang tidak ada di Indonesia. Seseorang dengan nama satu kata, misalnya "Tono", terpaksa akan ditulis: "Tono Tono".